KASUS : “ Krisis Subprime Mortgage di AS ”
Deskripsi : Subprime Mortgage adalah krisis yang melanda industri kredit perumahan di AS. Krisis ini berawal dari adanya liar loans (pinjaman dusta). Yang dimaksud liar loans disini adalah kredit kepemilikan rumah (KPR) yang diberikan tanpa didukung bukti kuat penghasilan atau kepemilikan aset para debitor. Selain itu ada pula istilah ninja loans, yaitu kependekan dari no income, no job, and no assets. Maksudnya para debitor (yang melakukan peminjaman) bisa mendapatkan kredit atau pinjaman meski tidak punya pekerjan dan pendapatan, atau bahkan tidak punya aset.
Latar belakang banyaknya perusahaan memberikan liar loans adalah karena tergiur keuntungan yang besar. Sebab, mereka mengenakan biaya dan tingkat suku bunga yang lebih tinggi dibandingkan pasar.
Jadi pada intinya industri kredit perumahan ini melakukan penipuan kepada para debitor,debitor diiming-imingi pembayaran angsuran per bulan yang murah, namun para debitor tidak tahu kalau pinjaman pokoknya bisa naik karena kreditor tidak menjelaskan sama sekali mengenai hal ini. Akibatnya para debitor tidak dapat membayar utangnya dan pada akhirnya kreditor malah mengalami kerugian besar dan ada pula yang sampai gulung tikar seperti American Home Mortgage, Bear Stearns, dan IndyMac Bank.
Adapun penyebab krisis dari contoh di atas adalah kurangnya penjelasan atau transparansi dari kreditor kepada debitor mengenai masalah peminjaman (LIAR loans dan NINJA loans). Subprime mortgage adalah paket kredit kepemilikan rumah yang ditujukan untuk orang-orang ‘miskin’ Amerika. Orang ‘miskin’ yang dimaksud adalah orang-orang yang memiliki rating kredit buruk – antara lain para penunggak tagihan kartu kredit dan tagihan kredit kendaraan bermotor. Orang-orang ‘miskin’ di Amerika sama halnya dengan orang kebanyakan, punya impian untuk memiliki rumah sendiri, sementara bank-bank konvensional yang ada, banyak yang takut melihat rekam jejak kredit mereka. Di lain sisi, perusahaan kredit perumahan (mortgage company), melihat mereka sebagai peluang bisnis yang perlu digarap. Akhirnya, perusahaan kredit perumahan tadi datang dengan segepok uang tunai, lalu lantas mengucurkan kredit rumah kepada mereka. Perusahaan kredit perumahan ini sebagian dananya didapat dari pinjaman dari pihak ketiga dalam jangka waktu pengembalian yang pendek (1-5 tahun). Sementara, subprime mortgage sendiri merupakan kredit jangka panjang yang bisa berkisar 10-20 tahun. Pendeknya, ada financing mismatch di sini.
Selain itu, indikator dari krisis tersebut adalah karena deditor subprime mortgage adalah orang-orang pendapatannya pas-pasan maka kemampuan pembayaran cicilannya juga sangat lemah Sehingga saat para deditor tersebut tidak mampu membayar cicilan kreditnya, maka EBA yang berasal dari subprime mortgage pun ambruk. Nilai jualnya jadi terkoreksi. Otomatis, para investor yang menanamkan modalnya di EBA subprime mortgage juga ikutan merugi. Parahnya lagi, banyak perusahaan kredit perumahan yang juga bangkrut, karena tidak ada putaran uang yang terjadi dan diperparah adanya financing mismatch tadi. Di samping itu krisis ini juga disebabkan banyaknya perusahaan yang memberikan LIAR loans karena tergiur akan keuntungan yang besar, sebab mereka mengenakan biaya dan tingkat suku bunga yang lebih tinggi dibandingkan pasar. Kredit yang diberikan pada pihak-pihak yang mendapat banyak privilege sehingga mempengaruhi kualitas kredit di bisnis properti. Fenomena gampangnya memberikan banyak kemudahan untuk pinjaman/loan sehingga disadari atau tidak, telah menurunkan kualitas kredit. Hal inilah yang disebut sebagai subprime lending. Karena kualitas kreditnya rapuh, maka goncangan sedikit saja, juga membuat krisis kecil.
Akibat dari adanya krisis Subprime Mortgage ini, antara lain: para debitor tidak dapat membayar utangnya dan pada akhirnya kreditor malah mengalami kerugian besar dan ada pula yang sampai gulung tikar seperti American Home Mortgage, Bear Stearns, dan IndyMac Bank. Selain itu dari data yang kami peroleh, kita dapat melihat akibat lainnya dari adanya krisis ini adalah Pada bulan Mei 2007, Bear dan Stearns, perusahaan keuangan AS mengalami rugi besar karena subprime mortgage. Sekarang sudah menyebar ke berbagai bank lain di seluruh Dunia dan menurunkan pasar saham di AS dan berbagai pasar saham dunia. Bank-bank Thailand bisa rugi sekitar Rp 3 Trilyun karena permasalahan ini.Banyak bank-bank yang menanam modal pada investasi ini sekarang mengalami kesulitan keuangan, seperti IKP Jerman, Wachovia dan berbagai bank lain. Direktur IKP dipecat karena bank kehilangan Rp 45 Trilyun dan terpaksa minta tolong dari Deutsche Bank. Diperkirakan masih banyak bank lain di Eropa yang akan mengalami hal yang sama. Wachovia pada Januari 2007 terpaksa menutup Equibank, salah satu anak perusahaan yang berurusan dengan Subprime Mortgage. BNP Paribas Perancis terpaksa menutup penarikan uang tunai dari fund mereka yang bernilai Rp 19 Trilyun. Bank Sentral Eropa (ECB) menyediakan dana Rp 1200 Trilyun untuk menalangi bank-bank di Eropa yang kesulitan likuiditas gara-gara krisis subprime. Selain itu juga banyak perusahaan pemberi kredit perumahan / mortgage lenders seperti New Century Financial Corp. yang bangkrut dan lebih dari 6000 orang dipecat / kehilangan pekerjaan di AS. (sumber: www.forum.kafegaul.com)
Masalah Subprime Mortgage ini menjadi krisis karena para perusahaan kreditor tersebut melakukan kesalahan atau tidak dapat menemukan solusi yang tepat dalam menangani suatu masalah yang menimpa perusahaan mereka. Masalah hutang kredit pemilikan rumah di AS yang diberikan saat harga properti sedang naik, tetapi tidak mampu dibayar oleh pemilik rumah. Sekarang saat jatuh tempo, banyak rumah yang dirampas bank (foreclosed) dan saat dijual oleh bank ternyata harga/pasar properti sudah turun drastis. Inilah yang membuat perusahaan-perusahaan kreditor tersebut mengalami kerugian yang besar bahkan sampai gulung tikar. Gerak arus modal yang semakin borderless, membuat pasar keuangan dunia menjadi saling terkait dan saling berketergantungan satu sama lain. Sentimen negatif dan kepanikan dari Wall Street yang notabene merupakan pasar saham terbesar di dunia dengan cepatnya menjalar ke mana-mana. Investor-investor global raksasa yang tergabung dalam hedge fund ataupun investment bank baik yang secara kebetulan memiliki investasi di subprime mortgage atau tidak, mulai menarik dananya dari pasar modal dan mulai memasukkannya ke dalam investasi yang berisiko lebih rendah. Motifnya kurang lebih sama,, mencoba menghindari risiko kerugian yang lebih besar (cut loss). Maka, tak heran bursa-bursa saham regional dan dunia juga ikut bertumbangan. Inilah yang juga menyebabkan kasus subprime mortgage ini menjadi suatu bentuk krisis yang global.
Setelah kita mengetahui penyebab, indikator dan akibat dari krisis Suprime Mortgage, kali ini krisis tersebut akan kami petakan ke dalam beberapa tahapan krisis.
Predromal Crisis Stage
Pada tahap ini telah terlihat gejala awal krisis yaitu adanya keluhan konsumen namun tidak ditanggapi, dalam kasus Subprime Mortgage, para debitor banyak yang mengeluh karena mereka merasa dibohongi oleh kreditor akibat dari tidak adanya transparansi pembayaran kredit perumahan yang mereka ambil. Para debitor ini diiming-imingi pembayaran angsuran per bulan yang murah, namun mereka tidak tahu kalau pinjaman pokoknya bisa naik karena kreditor tidak menjelaskan sama sekali mengenai hal ini.
Acute Crisis Stage
Sala satu ciri dari tahap acute yaitu adanya kerugian yng dialami perusahaan. Pada krisis Subprime Mortgage, karena debitor tidak mampu membayar utangnya, pada akhirnya kreditor mengalami kerugian besar. Masalahnya hutang kredit pemilikan rumah ini diberikan saat harga properti sedang naik, tetapi tidak mampu dibayar oleh pemilik rumah. Sekarang saat jatuh tempo, banyak rumah yang dirampas bank (foreclosed) dan saat dijual oleh bank ternyata harga/pasar properti sudah turun drastis. Inilah yang membuat perusahaan-perusahaan kreditor tersebut mengalami kerugian yang besar. Bahkan dari data yang kami peroleh, kita dapat melihat akibat lainnya dari adanya krisis ini adalah pada bulan Mei 2007, Bear dan Stearns, perusahaan keuangan AS mengalami rugi besar karena subprime mortgage. Sekarang sudah menyebar ke berbagai bank lain di seluruh dunia dan menurunkan pasar saham di AS dan berbagai pasar saham di dunia.
Chronic Crisis Stage
Tahap ini sebenarnya adalah tahap dimana terjadi pembersihan akibat dari krisis akut. Namun bagi perusaaan yang gagal total menangani krisis, masa chronic merupakan masa kegoncangan manajemen atau masa kebangkrutan perusahaan. Pada kasus yang kami ambil, hal ini lebih mengacu pada asumsi ke-dua. Masalah Subprime Mortgage ini menjadi krisis karena para perusahaan kreditor tersebut melakukan kesalahan atau tidak dapat menemukan solusi yang tepat dalam menangani suatu masalah yang menimpa perusahaan mereka. Akibatnya banyak perusahaan yang gulung tikar seperti American Home Mortgage, Bear Stearns, dan IndyMac Bank.
Crisis Resolution Stage
Disebut juga sebagai termination stage (masa kesembuhan) atau masa perusahaan sehat kembali. Tetapi pada kasus krisis Subprime Mortgage, kami rasa belum sampai pada tahap ini. Bahkan kasus Subprime Mortgage ini malah menjadi suatu bentuk krisis yang global. Indonesiapun terkena imbasnya. Karena adanya keterkaitan dan ketergantungan satu sama lain dalam pasar keuangan dunia, sentimen negatif dan kepanikan dari Wall Street yang notabene merupakan pasar saham terbesar di dunia dengan cepatnya menjalar ke mana-mana. Investor-investor global raksasa yang tergabung dalam hedge fund ataupun investment bank baik yang secara kebetulan memiliki investasi di subprime mortgage atau tidak, mulai menarik dananya dari pasar modal dan mulai memasukkannya ke dalam investasi yang berisiko lebih rendah. Motifnya kurang lebih sama, yaitu mencoba menghindari risiko kerugian yang lebih besar (cut loss). Maka, tak heran bursa-bursa saham regional dan dunia juga ikut bertumbangan. Inilah yang juga menyebabkan kasus subprime mortgage ini menjadi suatu bentuk krisis yang global.
0 komentar:
Posting Komentar